Sabtu, 30 April 2011

Cerpen

Dear ctar..

Hmm,cecuai yang aku taruh di profil,calah catu minat aku juga cemua hal yang berhubungan ma ceni.Bica puici atawa chort ctory.
Ini calah catunya,yg Alhamdulillah "kebetulan" bica macuk koran ..

(INI HURUF "S"NYA,KENAPA JADI "C" CEMUA GINI CIIIIIHH?ARKKKKKKH)

Monggo kalo mau baca2 , semoga bisa memberikan secercah (atau lebih) kebahagiaan buat semua :)
berharap dikasih comment atawa kritik yang membangun..





                         Cinta Sang Hawa


Dia Ismail,Ismail kekasihku..
Siapa Ismailmu yang ikhlas kau korbankan kepada-Nya?
                                                                ***
“Alhamdulillah,akhirnya selesai juga.”
Hawa mengetik kalimat terakhir puisinya.Setelah yakin tidak ada kata yang keliru,puisi itu pun di-print.
“Diterima tidak ya?Buat majalah kampus?Hmm..”
“Udah,coba aja dulu!Kalau belum ya disimpan aja.Lumayan kan.Biar jadi koleksi bersama puisi mu yang juga tidak lolos.Hihihi,”canda Rena,sahabatnya.
“Iya,iya.Huh,kamu ini kok menghibur tapi akhirannya malah begitu Ren.”
“Itu namanya,’meambung dahulu,hanyar mehampas’!Hahaha.”
Oala.Opo toh artinya?”
 “Hehehe.Iya ya.Aku baru ingat kamu baru aja pindah ke sini.Biasa saja.Artinya tidak penting juga kok Wa.”
“Oh,ya sudah,aku mau ke kantor redaksi dulu ya”.Hawa melirik jam tangan biru mudanya.“Semoga saja belum tutup.”
“OK!Moga sukses ya puisi mu!”
Hawa pun  belari secepat yang  ia bisa.Sekarang sudah jam 14.45 dan kantor redaksi sebentar lagi akan tutup.Besok majalah kampus sudah akan terbit jadi ia harus bergegas jika tidak ingin kesempatan kali ini hilang.
“Syuuuut”
“Aduh,angin!”Hawa sedikit terpekik ketika melihat kertas yang ia pegang terbang.
“Arrghh.Mana belum di-save!”
Kertas itu melayang sangat tinggi,lalu tersangkut ke dahan pohon.Sangat sulit untuk dijangkau makhluk yang hanya memilikki tinggi 158 cm seperti dirinya.
“Em,boleh ku ambilkan?”
Hawa menoleh mendengar sebuah suara yang  berat.Belum selesai keterkejutannya,orang itu pun mengembalikan secarik kertas yang ada di tangan.
Entah benar atau tidak,Hawa seperti mellihat pandangan heran,ketika ‘malaikat penolong’ nya itu membaca sekilas puisinya.
“Ini kamu sendiri yang buat?”tanyanya sambil menunjuk kertas di tangan Hawa.
“Iya.Rencananya buat majalah kampus.Kenapa memangnya?
“Tidak apa-apa.Kamu kuliah di sini juga?”
“Iya.Di Fakultas Kedokteran.”
“Oh iya.Kita belum berkenalan,”
dia tersenyum dan mengulurkan tangan.”Perkenalkan,
namaku Ismail.”
                                                                ***
Sungguh!Aku percaya tidak ada yang kebetulan di dunia ini.Karena semua itu pasti telah tertakdirkan dengan jelas.Tapi laki-laki itu?Ismail?
Ah.Seperti sebuah kebetulan saja.Lagipula mana mungkin dia bercanda dan mengarang-ngarang nama hanya karena puisi ku.
Masih terekam jelas kejadian sore tadi dengan jelas.Ketika aku membalas memperkenalkan diri.
“Ha,Hawa.Panggil saja Hawa,”ku tangkupkan tangan  di depan dada untuk membalas uluran tangannya.
Ismail menunjukkan rasa heran.Tapi kemudian wajah itu kembali biasa.
Hanya perkenalan singkat,namun nyantanya,memberikan kesan yang terlampau banyak.
Karena sesudah kembali dari kantor redaksi,ia malah bertukar cerita.
Entahlah.Aku juga tak tahu mengapa bisa sebegitu nyamannya berada di dekat Ismail.
Kami membahas banyak topik dan ia juga mengomentari puisiku.
“Puisi mu bagus Wa.Metafornya sungguh memikat.
“Terimakasih.”
“Eh,boleh aku bertanya sesuatu?” Tapi,jangan marah ya.”
“Tentu saja.Kenapa memangnya?”
“Mmm..aku sungkan mengatakannya.”
“Sudahlah,kalau bisa aku jawab,tentu pertanyaanmu itu akan ku jawab.”
Ismail terdiam sejenak lalu menghentikan langkah kakinya.Ia berpaling ke arah ku.
“Apakah..apakah Ismailmu itu,telah kau temukan Wa?”
                                                    ***
Bruk!Tiba-tiba ada yang meletakkan tas di kursi taman.Aku berpaling,ternyata Rena.
Wah.Pasti isinya berat sekali.Kalau tidak,mana mungkin benda itu berbunyi seperti batu bata yang terjatuh.
“Wa.Menurut perkiraan ku,sepertinya kau sudah lama berdekatan dengan lelaki itu.”
“Namanya ‘bukan lelaki itu’ Ren.Tapi Ismail.Ingat.Ismail.”
Dasar Rena,walau sudah berpuluh kali ku beritahu,tetap saja ia lupa.
“Iya.Iya.Si Ismail itu,bagaimana hubungannya dengan mu?”
Deg!Aku tersentak.Sepertinya keakraban kami biasa saja,namun Rena malah berprasangka  macam-macam.
“Wa.Aku masih ingat perkataanmu.Bahwa kau tidak mau pacaran semasa di kampus.Hanya saja,kau ingin mencari seseorang yang tepat.Wah,jangan-jangan di..eh..si Ismail ya maksudmu?”
“Ren.Sudahlah.Mungkin Ismail memang baik.Mungkin dia memang bisa membuat semua wanita menaruh simpati padanya,tapi . . . “
Kami terdiam.Rena pasti tahu,bahwa aku telah mengingat hal yang satu itu.
“Yayaya..Tapi berdasarkan cerita-ceritamu,aku juga yakin dia sangat tertarik pada Islam.Bisa jadi,Ismail itu berkeinginan menjadi seorang muallaf lho Wa!Jadi tidak ada halangan lagi kan.Hehehe.”
“Yah,hal itu memang bisa saja terjadi.Namun,ini mengenai masa depan Ren.Mengenai seseorang yang menjadi pendamping hidup ,tentunya aku berharap,dia bisa mengetahui agama jauh lebih baik daripadaku .”
“Ah.Pasti  bukan karena itu.Aku tahu alasan sebenarnya”
Dasar Rena,selalu saja menduga yang  aneh-aneh.Sungguh!Kadang ingin ku intip isi kepalanya itu.
Ku beri tatapan tak mengerti akan jawabannya.
“Ehem,begini lho Wa!Nama mu kan Hawa.Sedangkan dia Ismail.Aduh,dilihat dari segi mana pun sungguh tidak cocok!Jadi pasti kau mencari orang yang cocok dengan namamu,yaitu Adam.Nah,baru kau mau menikah.Benar kan aku?”
Aku terdiam mendengar perkataannya yang polos itu.Namun..jujur,juga sungguh menggelitik urat syaraf.
“Hahaha.Ada-ada saja kau ini Ren”.
Kami tergelak dan tertawa bersama.
                Tapi keriangan itu nyatanya tak berlangsung lama.Karena sewaktu sampai rumah,terlihat sosok Abi di halaman.Seperti menunggu kehadiran tamu penting.
Aku menerka-nerka dengan pikiran yang kebingungan,
“Aneh.Buat apa Abi repot-repot berdiri di situ.Tunggu di dalam saja kan bisa”.
 Abi berpaling melihat kedatangan ku.
  “Wa”
“Iya Bi,ada apa?”
“Akhirnya kamu datang.Abi sudah lama sekali menunggu.”
“Memangnya kenapa Bi?”
“Ada yang mencari kamu,” Abi mengarahkan pandangan ke dalam rumah.
“ Teman kampus mu Wa.Ada yang ditanyakannya.Dan Abi tidak bisa menjawab tanpa bantuan mu.”
“Lho.Memangnya dia bertanya mengenai masalah kedokteran ya Bi?Sampai harus menunggu aku datang.”
“Bukan Wa.Tapi ini juga bukan masalah sembarangan.”
“Lalu?”
“Dia kemari,ingin melamar mu,Nak.”
                                                                                ***
Handphoneku berbunyi.Ada sms masuk.Dari Rena rupanya.
“Wa.Snggh kau menerima lamaran itu?aku berdoa pilihan mu ini tept, turut berbahagia mendengarny.Ku tunggu undangan dari mu :)
Hanya kata-kata itu.Dan hanya kalimat itu,namun aku kembali teringat akan lamaran minggu lalu.Lamaran yang selalu menjadi alasan setiap doa ku dalam baru-baru ini.
Ya Allah.Semoga saja keputusan ku ini tepat.Mudahkanlah jalan hamba Ya Allah.
Aku hanya ingin penuhi sunnah Rasul-Mu dan penuhi separuh agama.Lancarkanlah Ya Allah..
                                                                                ***

Waktu seperti berjalan begitu lambat.Semua orang hening ketika ijab kabul dibacakan.Aku pun turut membaca syukur ketika prosesnya lancar.Hanya satu kali.Dan tak ada masalah.
Subhanallah,rasanya seperti baru kemarin aku berbicara dengan Rena tentang pernikahan,lalu tiba-tiba aku telah tahu bagaimana.Sebab ini adalah sebuah wallimah pernikahan dan akulah mempelai wanitanya.Sedangkan mempelai pria di samping ku,adalah orang yang telah lama ku kenal.
Rabbi..maafkan aku yang masih belum bisa luapkan seluruh cinta ini hanya untuk-Mu
Rabbi..ampuni aku karena kadang ku lupakan nikmat-Mu
Sedangkan kuasa-Mu tlah ku lihat lagi hari ini
Semoga setiap jengkal kasih dan sayang ku untuknya,
Tak melebihi sedikitpun setiap jengkal kasih dan sayang ku untukmu
Dan jadikanlah ia sebagai hamba Engkau  yang selalu rindukan diri-Mu dan diri-ku
Meski bukanlah seorang Ismail,ataupun juga Adam
Jadikanlah ia pemimpin dalam  keluarga akhir zaman ini,
seperti namanya;
Muhammad …



Keterangan
Ya ampun.Apa artinya?Aku tidak mengerti
Mengangkat dahulu,baru dijatuhkan



                         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar